BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Bab ini akan membahas
dan menjelaskan langkah-langkah penelitian yang diperlukan dalam menggambarkan
suatu kerangka penelitian. Adapun tahapan penelitian ini dibuat dalam diagram
alir yang dapat membantu menggambarkan penelitian dalam bentuk diagram alir
agar lebih mudah dipahami.
3.1 Diagram Alir Penelitian
Dalam menyelesaikan
permasalahan–permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini diperlukan suatu
diagram alir yang mampu memberikan gambaran beberapa proses-proses tahapan
untuk melakukan identifikasi proses bisnis, identifikasi risiko dan penyebab
risiko, menilai risiko, menggambarkan diagram sebab-akibat, identifikasi
hubungan keterkaitan pada masing-masing risiko dan hubungan keterkaitan pada
masing-masing penyebab risiko dengan menggunakan metode ANP, melakukan evaluasi
risiko, dan merancang strategi mitigasi pada penyebab risiko. Untuk mengetahui
tahapan-tahapan dari metodologi penelitian yang akan digunakan dapat dilihat
lebih lanjut pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Keterangan
3.2
Pemetaan Aktivitas Proses Bisnis Dalam Rantai Pasok
Pada tahap awal
penelitian dilakukan perancangan proses bisnis dengan melakukan pemetaan
terhadap aktivitas proses bisnis dari rantai pasok. Pemetaan proses bisnis rantai
pasok dengan mengidentifikasi bagian-bagaian terlibat di dalam aktivitas proses
bisnis yang berdasarkan model Supply
Chain Operation Reference (SCOR), dimana proses tersebut dibagi menjadi
lima proses yaitu plan-source-make-deliver-return.
Pemetaan proses bisnis
rantai pasok secara menyeluruh bertujuan untuk mengetahui dimana risiko, penyebab
risiko tersebut muncul dan mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab
risiko. Area penelitian ini pada departemen pengadaan barang dan jasa,
departemen produksi, departemen warehousing, dan departmen distribusi dan
transportasi.
3.3
Identifikasi Risiko
Selesai memetakan
proses bisnis pada rantai pasok, maka selanjutnya dapat dilakukan proses
identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko merupakan tahapan penting untuk
mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko terhadap proses bisnis
yang telah dibuat. Pada proses identifikasi ini akan dilakukan analisa terhadap
beberapa hal diantaranya : dimana risiko itu berada, bagaimana risiko tersebut
dapat terjadi, apa saja potensi risiko yang terjadi, dan apakah ada hubungan
keterkaitan antar masing-masing penyebab risiko dan hubungan keterkaitan antar
masing-masing kejadian risiko.
Proses identifikasi
risiko dan penyebab risiko dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung
ke lapangan mengenai kondisi perusahaan dan proses bisnis perusahaan kepada stakeholder perusahaan. Peran dari stakeholder perusahaan sangat diperlukan
untuk identifikasi risiko, penilaian risiko dan mengidentifikasi hubungan
saling keterkaitan pada masing-masing risiko dan pada masing-masing penyebab
risiko. Mekanisme yang digunakan dalam tahapan identifikasi risiko melalui
survei, brainstorming dan melakukan wawancara dengan para stakeholder
perusahaan. Teknik brainstorming merupakan suatu teknik untuk
mendapatkan suatu ide-ide yang kreatif sebanyak mungkin dalam kelompok.
3.4
Penilaian Risiko
Dalam
penelitian ini, penilaian risiko ini bertujuan untuk menentukan probabilitas
tingkat kemunculan dari penyebab risiko dan menilai besarnya dampak yang dikaitkan
dengan kejadian risiko. Nilai dampak merupakan efek yang ditimbulkan dari
kejadian risiko, dan nilai peluang merupakan frekuensi sebuah penyebab risiko
terjadi. Besarnya tingkat dampak dan tingkat probabilitas dari penyebab risiko
dinilai dengan mengunakan skala 1-10. Nilai 1 menunjukkan bahwa probabilitas
dari penyebab risiko tidak pernah terjadi dan nilai 1 menunjukkan tidak ada
dampak yang diakibatkan dari kejadian risiko. Nilai yang didapatkan akan
digunakan sebagai input untuk menghitung nilai aggregate risk potential.
Selain
itu, di tahapan ini juga akan menentukan besarnya korelasi antara penyebab
risiko dan suatu kejadian risiko. Besarnya korelasi akan dinilai menggunakan
skala 0,1,3,9. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan korelasi semntara nilai 9
menunjukkan adanya hubungan korelasi. Nilai korelasi ini akan mempengaruhi
perhitungan nilai aggregate risk
potential.
Besarnya
tingkat probabilitas dari penyebab risiko, tingkat dampak dari kejadian risiko,
dan korelasi antara kejadian risiko dan penyebab risiko yang berhasil diketahui
akan dijadikan input untuk menghitung aggregate
risk potential (ARP). ARP merupakan aggregate dampak kerusakan yang
dihasilkan dari kejadian risiko yang disebabkan juga oleh penyebab risiko.
Mekanisme
penilaian risiko dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pihak perusahaan
yang berwenang dan mengerti akan aktivitas rantai pasok perusahaan. Kuesioner
yang diberikan akan di isi oleh responden dengan menggunakan skala yang telah
ditentukan. Tujuan dari kuesioner ini untuk mendapatkan tingkat probabilitas
dari penyebab risiko, tingkat dampak dari kejadian risiko, dan besarnya korelasi
antara penyebab risiko dan tindakan risiko.
3.5
Diagram Sebab-Akibat
Pada
tahap ini dilakukan penggambaran untuk melihat hubungan saling keterkaitan antara
kejadian risiko dan penyebab risiko menggunakan diagram sebab akibat. Diagram
sebab akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan
antara kejadian risiko dan penyebab risiko. Diagram ini digunakan untuk
mengetahui akibat dari suatu masalah kejadian risiko untuk selanjutnya diambil
tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan
penyebabnya. Penyebab masalah ini pun bisa berasal dari berbagai sumber.
Selanjutnya dari berbagai sumber-sumber utama diturunkan menjadi beberapa
sumber yang lebih kecil dan detail
3.6
Penentuan Goal, Klaster, dan Kriteria
Untuk
menggambarkan besarnya keterkaitan masing-masing risiko dan keterkaitan
masing-masing penyebab risko diperlukan metode yang mampu menangkap hubungan
keterkaitan yang dikenal dengan metode ANP. Tahapan awal sebelum masuk ke dalam
model ANP yaitu menentukan goal, klaster, kriteria, dan subkriteria. Goal yang
ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu memprioritaskan penyebab risiko yang
memiliki probabilitas tertinggi.
Dalam
penelitian
ini, akan terdapat 2 kluster. Klaster tersebut terdiri dari klaster
jenis risiko dan klaster jenis penyebab risiko. Penentuan kriteria pada
penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena dari kriteria
akan
dibangun model ANP. Kriteria dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan
para
manager pada masing-masing departemen. Kriteria yang ditetapkan dalam
penelitian ini adalah semua kejadian risiko sedangkan subkriterianya
adalah semua rincian penyebab risiko.
3.7
Pembuatan Analytic Network Process
Setelah
diperoleh kriteria, maka selanjutnya data-data tersebut akan dibentuk model
jaringan untuk setiap klaster kriteria. Kriteri-kriteria yang telah diperoleh
digambarkan dalam sebuah model ANP untuk mengidentifikasi dan menangkap adanya
hubungan saling mempengaruhi antar kriteria.
Tanda
panah menunjukkan pengaruh, pangkal anak panah berarti klaster yang
mempengaruhi, sedangkan anak panah yang masuk berarti kalster yang dipengaruhi.
Model
ANP memiliki 2 hubungan yaitu hubungan inner
dependence dan hubungan outer
dependence. Hubungan outer dependence
adalah hubungan yang terjadi pada kriteria dalam sebuah klaster dengan kriteria
lain dalam kluster berbeda. Hubungan inner
dependence adalah hubungan yang terjadi antar kriteria dimana
kriteria-kriteria tersebut berada dalam klaster yang sama.
3.8
Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner
Pemodelan
jaringan dengan menggunakan ANP yang telah dibentuk akan digunakan sebagai
acuan pada pembuatan kuesioner. Pembuatan kuesioner ini dibuat berdasarkan
jaringan ANP yang ada. Kuesioner akan dibuat berdasarkan hubungan antara
elemen-elemen kriteria baik innerdependence maupun outerdependence dengan cara
perbandingan antar klaster maupun antar elemen klaster. Data-data yang diperlukan
untuk proses pembobotan akan diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan dan diisi
oleh para manager perusahaan.
Kuesioner
bertujuan mengetahui seberapa besar hubungan keterkaitan berdasarkan penilaian
dari responden. Responden disini adalah manager pada departemen pengadaan
barang dan jasa, departemen produksi, departemen distribusi dan transportasi.
Responden diminta mengisi kuesioner menggunakan skala penilaian 1-9. Kuesioner
akan dibagi ke dalam 2 bagian yaitu seberapa besar hubungan keterkaitan satu kriteria
dengan kriteria lainnya yang masih dalam satu klaster dan seberapa besar
hubungan keterkaitan satu kriteria dengan kriteria lainnya di luar klaster
berbeda.
3.9
Pengolahan data dengan metode ANP
Setelah
mendapatkan data berdasarkan hasil kuesioner, langkah selanjutnya adalah hasil
penilaian dari kuesioner kemudian diolah dengan software super decision untuk selanjutnya mendapatkan bobot dari
masing-masing kriteria dan subkriteria.
3.10
Perhitungan Vektor Prioritas
Langkah
selanjutnya adalah evaluasi vektor prioritas untuk dapat mengetahui konsistensi
logis dari kuesioner. Apabila menggunakan software super decision, cukup memasukkan nilai pada matriks perbandingan
yang diperoleh dari kuesioner yang telah di isi oleh responden maka akan secara
otomatis dapat mengetahui nilai dari konsistensi logis dari tiap kuesioner.
3.11
Supermatriks
Pada
perhitungan supermatriks dapat dilakukan dengan mengumpulkan semua nilai vektor
prioritas dari semua matriks perbandingan berpasangan ke dalam supermatriks.
Supermatriks dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Perhitungan
Unweighted Supermatriks
Unweigth supermatriks merupakan
nilai dari vektor prioritas yang tidak memperhitungkan adanya perbandingan
berpasangan antar klaster.
Perhitungan
Weighted Supermatriks
Weighted Supermatriks memiliki
hirarki yang sama dengan unweighted supermatriks, perbedaannya terdapat pada
perbandingan antara kriteria dan subkriteria.
Perhitungan
Limiting Supermatriks
Hasil iterasi perkalian weighted supermatriks
dengan dirinya sendiri sehingga diperoleh nilai yang sama pada setiap barisnya.
Limit supermatriks menampilkan batas akhir matriks, dimana batas akhir ini
merupakan kolom matriks stokastik dan mewakili eigenvektor akhir. Dengan
didapatkannya hasil limiting supermatriks ini maka akan didapatkan pula bobot
dari masing-masing kriteria dan juga bobot dari masing-masing subkriteria yang
ada dalam model ANP.
3.12
Evaluasi Risiko
Setelah
melakukan proses identifikasi hubungan saling keterkaitan pada masing-masing
risiko dan pada masing-masing penyebab risiko dengan menggunakan ANP, maka akan
diperoleh bobot untuk masing-masing risiko dan masing-masing penyebab risiko
yang menggambarkan besarnya hubungan saling keterkaitan. Nilai bobot yang
diperoleh dari ANP akan digunakan untuk menentukan besarnya nilai ARP yang
baru. Perhitungan nilai ARP dilakukan dua kali karena ada kemungkinan perubahan
probabilitas kemunculan penyebab risiko yang awalnya kecil menjadi besar dan
sebaliknya.
Perhitungan
nilai ARP menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi risiko. Evaluasi
risiko bertujuan untuk membuat keputusan penyebab risiko mana yang perlu
diprioritaskan untuk diberikan tindakan pencegahan terlebih dahulu berdasarkan nilai
ARP. Untuk membantu dalam menentukan tingkat prioritas penyebab risiko, maka
digunakan diagram pareto dengan mengetahui nilai ARP pada masing-masing
penyebab risiko. Nilai ARP yang diperoleh akan diurutkan dari penyebab risiko
yang memiliki nilai ARP terbesar hingga penyebab risiko yang memiliki nilai
terkecil yang dapat terlihat dari diagram batang. Penyebab risiko yang akan
diberikan prioritas penanganan terlebih dahulu merupakan penyebab risiko yang
termasuk ke dalam risiko tingkat tinggi dengan nilai kumulatif ARP sebesar 80%
dari total nilai kumulatif ARP seluruh penyebab risiko. Teknik yang digunakan
untuk melakukan penanganan terhadap penyebab risiko menggunakan House of Risk.
3.13 Strategi Mitigasi Terhadap Penyebab
Risiko (Agen Risiko)
Berdasarkan nilai ARP masing-masing penyebab
risiko, penyebab risiko yang memiliki peringkat nilai ARP tertinggi akan
diambil untuk diberikan tindakan pencegahan. Kemudian, mengidentifikasi
tindakan pencegahan yang dianggap efektif untuk mencegah penyebab risiko secara
tepat. Besarnya korelasi antara tindakan pencegahan dengan penyebab risiko juga
penting diperhitungkan. Selanjutnya, menghitungan besarnya total keefektifan
suatu tindakan (TEK) dari penjumlahan hasil perkalian nilai korelasi
antara agen-agen risiko dengan nilai ARP. Setelah nilai TEK
diperoleh maka selanjutnya, menentukan nilai Dk untuk mengetahui besarnya
tingkat kesulitan yang dihadapi dalam mengambil tiap tindakan yang akan
dilakukan. Selanjutnya, menghitung nilai ETD (Effectiveness to Difficulty Ratio) yang diperoleh dari pembagian antara
nilai total keefektifan tindakan dengan tingkat kesulitannya. Besarnya tingkat
ETD menggambarkan besarnya sumber daya dan uang yang diperlukan untuk melakukan
tindakan pencegahan. Kemudian dari nilai ETD yang diperoleh akan mendapatkan
tindakan yang tepat untuk menangani penyebab risiko. Tindakan pencegahan
dianggap tepat apabila memiliki nilai ETD besar.
3.14
Jadwal Pelaksanaan
Penelitian
ini direncanakan berjalan selama 8 minggu dengan rincian sebagai berikut:
Tabel
3.1 Jadwal Pelaksanaan Tesis
Kegiatan
|
Agustus
|
September
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Studi Literatur
|
||||||||
Studi Lapangan
|
||||||||
Analisa dan Pembahasan
|
||||||||
Penarikan dan saran
|
Sumber: Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar