Selasa, 07 Mei 2013

Metodologi Penelitian



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas dan menjelaskan langkah-langkah penelitian yang diperlukan dalam menggambarkan suatu kerangka penelitian. Adapun tahapan penelitian ini dibuat dalam diagram alir yang dapat membantu menggambarkan penelitian dalam bentuk diagram alir agar lebih mudah dipahami.

3.1 Diagram Alir Penelitian
Dalam menyelesaikan permasalahan–permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini diperlukan suatu diagram alir yang mampu memberikan gambaran beberapa proses-proses tahapan untuk melakukan identifikasi proses bisnis, identifikasi risiko dan penyebab risiko, menilai risiko, menggambarkan diagram sebab-akibat, identifikasi hubungan keterkaitan pada masing-masing risiko dan hubungan keterkaitan pada masing-masing penyebab risiko dengan menggunakan metode ANP, melakukan evaluasi risiko, dan merancang strategi mitigasi pada penyebab risiko. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dari metodologi penelitian yang akan digunakan dapat dilihat lebih lanjut pada gambar 3.1 sebagai berikut :





Keterangan


3.2 Pemetaan Aktivitas Proses Bisnis Dalam Rantai Pasok
Pada tahap awal penelitian dilakukan perancangan proses bisnis dengan melakukan pemetaan terhadap aktivitas proses bisnis dari rantai pasok. Pemetaan proses bisnis rantai pasok dengan mengidentifikasi bagian-bagaian terlibat di dalam aktivitas proses bisnis yang berdasarkan model Supply Chain Operation Reference (SCOR), dimana proses tersebut dibagi menjadi lima proses yaitu plan-source-make-deliver-return.
Pemetaan proses bisnis rantai pasok secara menyeluruh bertujuan untuk mengetahui dimana risiko, penyebab risiko tersebut muncul dan mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko. Area penelitian ini pada departemen pengadaan barang dan jasa, departemen produksi, departemen warehousing, dan departmen distribusi dan transportasi.

3.3 Identifikasi Risiko
Selesai memetakan proses bisnis pada rantai pasok, maka selanjutnya dapat dilakukan proses identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko merupakan tahapan penting untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan penyebab risiko terhadap proses bisnis yang telah dibuat. Pada proses identifikasi ini akan dilakukan analisa terhadap beberapa hal diantaranya : dimana risiko itu berada, bagaimana risiko tersebut dapat terjadi, apa saja potensi risiko yang terjadi, dan apakah ada hubungan keterkaitan antar masing-masing penyebab risiko dan hubungan keterkaitan antar masing-masing kejadian risiko.
Proses identifikasi risiko dan penyebab risiko dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lapangan mengenai kondisi perusahaan dan proses bisnis perusahaan kepada stakeholder perusahaan. Peran dari stakeholder perusahaan sangat diperlukan untuk identifikasi risiko, penilaian risiko dan mengidentifikasi hubungan saling keterkaitan pada masing-masing risiko dan pada masing-masing penyebab risiko. Mekanisme yang digunakan dalam tahapan identifikasi risiko melalui survei, brainstorming dan melakukan wawancara dengan para stakeholder perusahaan. Teknik brainstorming merupakan suatu teknik untuk mendapatkan suatu ide-ide yang kreatif  sebanyak mungkin dalam kelompok.

3.4 Penilaian Risiko
Dalam penelitian ini, penilaian risiko ini bertujuan untuk menentukan probabilitas tingkat kemunculan dari penyebab risiko dan menilai besarnya dampak yang dikaitkan dengan kejadian risiko. Nilai dampak merupakan efek yang ditimbulkan dari kejadian risiko, dan nilai peluang merupakan frekuensi sebuah penyebab risiko terjadi. Besarnya tingkat dampak dan tingkat probabilitas dari penyebab risiko dinilai dengan mengunakan skala 1-10. Nilai 1 menunjukkan bahwa probabilitas dari penyebab risiko tidak pernah terjadi dan nilai 1 menunjukkan tidak ada dampak yang diakibatkan dari kejadian risiko. Nilai yang didapatkan akan digunakan sebagai input untuk menghitung nilai aggregate risk potential.
Selain itu, di tahapan ini juga akan menentukan besarnya korelasi antara penyebab risiko dan suatu kejadian risiko. Besarnya korelasi akan dinilai menggunakan skala 0,1,3,9. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan korelasi semntara nilai 9 menunjukkan adanya hubungan korelasi. Nilai korelasi ini akan mempengaruhi perhitungan nilai aggregate risk potential.
Besarnya tingkat probabilitas dari penyebab risiko, tingkat dampak dari kejadian risiko, dan korelasi antara kejadian risiko dan penyebab risiko yang berhasil diketahui akan dijadikan input untuk menghitung aggregate risk potential (ARP). ARP merupakan aggregate dampak kerusakan yang dihasilkan dari kejadian risiko yang disebabkan juga oleh penyebab risiko.
Mekanisme penilaian risiko dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pihak perusahaan yang berwenang dan mengerti akan aktivitas rantai pasok perusahaan. Kuesioner yang diberikan akan di isi oleh responden dengan menggunakan skala yang telah ditentukan. Tujuan dari kuesioner ini untuk mendapatkan tingkat probabilitas dari penyebab risiko, tingkat dampak dari kejadian risiko, dan besarnya korelasi antara penyebab risiko dan tindakan risiko.

3.5 Diagram Sebab-Akibat
Pada tahap ini dilakukan penggambaran untuk melihat hubungan saling keterkaitan antara kejadian risiko dan penyebab risiko menggunakan diagram sebab akibat. Diagram sebab akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara kejadian risiko dan penyebab risiko. Diagram ini digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah kejadian risiko untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah ini pun bisa berasal dari berbagai sumber. Selanjutnya dari berbagai sumber-sumber utama diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan detail

3.6 Penentuan Goal, Klaster, dan Kriteria
Untuk menggambarkan besarnya keterkaitan masing-masing risiko dan keterkaitan masing-masing penyebab risko diperlukan metode yang mampu menangkap hubungan keterkaitan yang dikenal dengan metode ANP. Tahapan awal sebelum masuk ke dalam model ANP yaitu menentukan goal, klaster, kriteria, dan subkriteria. Goal yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu memprioritaskan penyebab risiko yang memiliki probabilitas tertinggi.
Dalam penelitian ini, akan terdapat 2 kluster. Klaster tersebut terdiri dari klaster jenis risiko dan klaster jenis penyebab risiko. Penentuan kriteria pada penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena dari kriteria akan dibangun model ANP. Kriteria dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan para manager pada masing-masing departemen. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah semua kejadian risiko sedangkan subkriterianya adalah semua rincian penyebab risiko.

3.7 Pembuatan Analytic Network Process
Setelah diperoleh kriteria, maka selanjutnya data-data tersebut akan dibentuk model jaringan untuk setiap klaster kriteria. Kriteri-kriteria yang telah diperoleh digambarkan dalam sebuah model ANP untuk mengidentifikasi dan menangkap adanya hubungan saling mempengaruhi antar kriteria.
Tanda panah menunjukkan pengaruh, pangkal anak panah berarti klaster yang mempengaruhi, sedangkan anak panah yang masuk berarti kalster yang dipengaruhi.
Model ANP memiliki 2 hubungan yaitu hubungan inner dependence dan hubungan outer dependence. Hubungan outer dependence adalah hubungan yang terjadi pada kriteria dalam sebuah klaster dengan kriteria lain dalam kluster berbeda. Hubungan inner dependence adalah hubungan yang terjadi antar kriteria dimana kriteria-kriteria tersebut berada dalam klaster yang sama.

3.8 Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner
Pemodelan jaringan dengan menggunakan ANP yang telah dibentuk akan digunakan sebagai acuan pada pembuatan kuesioner. Pembuatan kuesioner ini dibuat berdasarkan jaringan ANP yang ada. Kuesioner akan dibuat berdasarkan hubungan antara elemen-elemen kriteria baik innerdependence maupun outerdependence dengan cara perbandingan antar klaster maupun antar elemen klaster. Data-data yang diperlukan untuk proses pembobotan akan diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh para manager perusahaan.
Kuesioner bertujuan mengetahui seberapa besar hubungan keterkaitan berdasarkan penilaian dari responden. Responden disini adalah manager pada departemen pengadaan barang dan jasa, departemen produksi, departemen distribusi dan transportasi. Responden diminta mengisi kuesioner menggunakan skala penilaian 1-9. Kuesioner akan dibagi ke dalam 2 bagian yaitu seberapa besar hubungan keterkaitan satu kriteria dengan kriteria lainnya yang masih dalam satu klaster dan seberapa besar hubungan keterkaitan satu kriteria dengan kriteria lainnya di luar klaster berbeda.

3.9 Pengolahan data dengan metode ANP
Setelah mendapatkan data berdasarkan hasil kuesioner, langkah selanjutnya adalah hasil penilaian dari kuesioner kemudian diolah dengan software super decision untuk selanjutnya mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria dan subkriteria.

3.10 Perhitungan Vektor Prioritas
Langkah selanjutnya adalah evaluasi vektor prioritas untuk dapat mengetahui konsistensi logis dari kuesioner. Apabila menggunakan software super decision, cukup memasukkan nilai pada matriks perbandingan yang diperoleh dari kuesioner yang telah di isi oleh responden maka akan secara otomatis dapat mengetahui nilai dari konsistensi logis dari tiap kuesioner.
           
3.11 Supermatriks
Pada perhitungan supermatriks dapat dilakukan dengan mengumpulkan semua nilai vektor prioritas dari semua matriks perbandingan berpasangan ke dalam supermatriks. Supermatriks dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

*      Perhitungan Unweighted Supermatriks
Unweigth supermatriks merupakan nilai dari vektor prioritas yang tidak memperhitungkan adanya perbandingan berpasangan antar klaster.
*      Perhitungan Weighted Supermatriks
Weighted Supermatriks memiliki hirarki yang sama dengan unweighted supermatriks, perbedaannya terdapat pada perbandingan antara kriteria dan subkriteria.
*      Perhitungan Limiting Supermatriks
Hasil iterasi perkalian weighted supermatriks dengan dirinya sendiri sehingga diperoleh nilai yang sama pada setiap barisnya. Limit supermatriks menampilkan batas akhir matriks, dimana batas akhir ini merupakan kolom matriks stokastik dan mewakili eigenvektor akhir. Dengan didapatkannya hasil limiting supermatriks ini maka akan didapatkan pula bobot dari masing-masing kriteria dan juga bobot dari masing-masing subkriteria yang ada dalam model ANP.

3.12  Evaluasi Risiko
Setelah melakukan proses identifikasi hubungan saling keterkaitan pada masing-masing risiko dan pada masing-masing penyebab risiko dengan menggunakan ANP, maka akan diperoleh bobot untuk masing-masing risiko dan masing-masing penyebab risiko yang menggambarkan besarnya hubungan saling keterkaitan. Nilai bobot yang diperoleh dari ANP akan digunakan untuk menentukan besarnya nilai ARP yang baru. Perhitungan nilai ARP dilakukan dua kali karena ada kemungkinan perubahan probabilitas kemunculan penyebab risiko yang awalnya kecil menjadi besar dan sebaliknya.
Perhitungan nilai ARP menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi risiko. Evaluasi risiko bertujuan untuk membuat keputusan penyebab risiko mana yang perlu diprioritaskan untuk diberikan tindakan pencegahan terlebih dahulu berdasarkan nilai ARP. Untuk membantu dalam menentukan tingkat prioritas penyebab risiko, maka digunakan diagram pareto dengan mengetahui nilai ARP pada masing-masing penyebab risiko. Nilai ARP yang diperoleh akan diurutkan dari penyebab risiko yang memiliki nilai ARP terbesar hingga penyebab risiko yang memiliki nilai terkecil yang dapat terlihat dari diagram batang. Penyebab risiko yang akan diberikan prioritas penanganan terlebih dahulu merupakan penyebab risiko yang termasuk ke dalam risiko tingkat tinggi dengan nilai kumulatif ARP sebesar 80% dari total nilai kumulatif ARP seluruh penyebab risiko. Teknik yang digunakan untuk melakukan penanganan terhadap penyebab risiko menggunakan House of Risk.

3.13 Strategi Mitigasi Terhadap Penyebab Risiko (Agen Risiko)
Berdasarkan nilai ARP masing-masing penyebab risiko, penyebab risiko yang memiliki peringkat nilai ARP tertinggi akan diambil untuk diberikan tindakan pencegahan. Kemudian, mengidentifikasi tindakan pencegahan yang dianggap efektif untuk mencegah penyebab risiko secara tepat. Besarnya korelasi antara tindakan pencegahan dengan penyebab risiko juga penting diperhitungkan. Selanjutnya, menghitungan besarnya total keefektifan suatu tindakan (TEK) dari penjumlahan hasil perkalian nilai korelasi antara agen-agen risiko dengan nilai ARP. Setelah nilai TEK diperoleh maka selanjutnya, menentukan nilai Dk untuk mengetahui besarnya tingkat kesulitan yang dihadapi dalam mengambil tiap tindakan yang akan dilakukan. Selanjutnya, menghitung nilai ETD (Effectiveness to Difficulty Ratio) yang diperoleh dari pembagian antara nilai total keefektifan tindakan dengan tingkat kesulitannya. Besarnya tingkat ETD menggambarkan besarnya sumber daya dan uang yang diperlukan untuk melakukan tindakan pencegahan. Kemudian dari nilai ETD yang diperoleh akan mendapatkan tindakan yang tepat untuk menangani penyebab risiko. Tindakan pencegahan dianggap tepat apabila memiliki nilai ETD besar.

3.14 Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini direncanakan berjalan selama 8 minggu dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Tesis
Kegiatan
Agustus
September

1
2
3
4
1
2
3
4
Studi Literatur








Studi Lapangan








Analisa dan Pembahasan








Penarikan dan saran









Sumber:  Penulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar