Rabu, 03 April 2013

Session Latar Belakang


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Rantai pasok merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pelanggan (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Sebuah produk akan sampai ke tangan konsumen akhir melewati beberapa proses mulai dari pencarian bahan baku, proses produksi, proses distribusi dan transportasi. Rantai pasok melibatkan banyak perusahaan diantaranya pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, dan perusahaan jasa logistik. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam jaringan rantai pasok memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.
Supply chain mangement (SCM) muncul sebagai tanggapan terhadap persaingan semakin ketat dari masa ke masa yang ditandai dengan keinginan konsumen yang semakin beragam, semakin pendeknya siklus hidup dari suatu produk, semakin beragamnya jenis produk, dan banyaknya bisnis baru akibat dari adanya globalisasi. Menghadapi persaingan yang semakin ketat seperti saat ini, maka dibutuhkan suatu management yang efektif dan efisien. SCM menawarkan bahwa efisiensi dalam satu perusahaan saja tidak cukup, upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas harus diperlebar untuk mengikutkan partner-partner dalam keseluruhan rantai pasok. Supply chain management (SCM) dapat didefinisikan sebagai metode, alat, atau pendekatan yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi dan koordinasi untuk mengelola jaringan perusahaan-perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistik) secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan konsumen (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Selain itu, SCM juga dapat diartikan sebagai proses yang terus-menerus dan berkelanjutan untuk mengkoordinasikan aktivitas perusahaan dan juga seluruh perusahaan yang terlibat di dalamnya.  
Supply chain management (SCM) tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam rantai pasok memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir yang sama. Tujuan tersebut akan tercapai apabila ada kerjasama dan kolaborasi antara perusahaan yang terlibat dalam jaringan rantai pasok untuk menghasilkan produk yang murah, berkualitas, dan pengiriman tepat waktu.
Dalam proses mengelola rantai pasok di situasi persaingan seperti saat ini tidak menutup kemungkinan terjadi risiko yang akan mempengaruhi kelancaran aliran rantai pasok. Ketidakpastiaan pasokan dan permintaan, adanya globalisasi dari rantai pasok, siklus hidup dari suatu produk semakin pendek, meningkatnya pengunaan outsourcing, dan keterbatasan kapasitas merupakan pemicu terjadinya risiko pada rantai pasok (Norrman dan Jansson, 2004). Dengan demikian, kunci utama dalam mengelola rantai pasok adalah kemampuan untuk mengenali dan mengurangi jenis risiko berbeda yang melekat dalam rantai pasok (Samaddar and Nargundkar, 2010).
Risiko akan selalu melekat dalam aktivitas bisnis dan risiko dapat datang dalam berbagai bentuk (Harland dkk, 2003). Risiko dalam rantai pasok didefinisikan sebagai suatu kejadian tak terduga yang mungkin akan terjadi untuk mengganggu aliran dari bahan baku selama perjalanan dari pemasok hingga sampai ke tangan konsumen akhir (Waters, 2007). Berdasarkan penyebabnya, sumber risiko dapat dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu risiko berasal dari lingkungan eksternal, risiko berasal dari industri, risiko berasal dari rantai pasok, risiko berasal dari hubungan dengan rekanan bisnis, risiko berasal dari aktivitas di dalam organisasi (Olson dan Wu, 2010).
Timbulnya risiko akan membawa permasalahan operasional, kerugian secara financial, bahkan dapat menghentikan kelangsungan bisnis suatu perusahaan. Seperti yang dialami oleh perusahaan Ericsson yang tidak dapat memenuhi permintaan konsumen disebabkan oleh peristiwa kebakaran yang terjadi pada pemasok utamanya, sehingga Ericsson menderita kerugian sebesar US $2.34 miliyar (Sheffi, 2005).
Jika risiko tersebut berpotensi mengganggu aktivitas dari aliran rantai pasok, maka risiko tersebut perlu ditangani dengan baik melalui pendekatan yang sistematis dan terstruktur yang dikenal dengan manajemen risiko rantai pasok. Manajemen risiko rantai pasok merupakan manajemen dari risiko rantai pasok melalui kordinasi atau kolaborasi antara anggota rantai pasok sehingga dapat memastikan keberlangsungan dan keuntungan (Tang, 2006). Tujuan dari manajemen rantai pasok adalah memfokuskan untuk memahami, dan mencoba menghindari dampak yang merugikan dari sebuah gangguan bisnis yang dapat dimiliki oleh rantai pasok (Norrman dan Jansson, 2004). Dengan demikian, penerapan manajemen risiko rantai pasok di dalam perusahaan akan membantu manager untuk mengambil tindakan secara langsung serta mengkontrol munculnya risiko-risiko baru yang mungkin bisa terjadi. Secara umum, manajemen risiko rantai pasok melibatkan proses-proses yang terdiri dari identifikasi risiko, penilaian risiko, evaluasi risiko, dan mitigasi risiko. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan menilai risiko adalah brainstorming, event tree analysis, failure mode and effet analysis (FMEA), checklists.
Identifikasi risiko merupakan tahapan awal dan tahapan penting dalam manajemen risiko rantai pasok. Tahapan proses identifikasi risiko untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan mengidentifikasi penyebab risiko yang berpotensi timbul dalam rantai pasok. Di sisi lain, proses identifikasi risiko tidak hanya mengidentifikasi risiko di dalam jaringan rantai pasok, tetapi juga harus mempertimbangkan adanya sebuah hubungan saling keterkaitan risiko-risiko di dalam jaringan rantai pasok (Kayis dan Karningsih, 2012). Sementara, Gaudenzi dan Borghesi (2006) berpendapat bahwa proses identifikasi risiko juga harus mempertimbangkan 3 hal yaitu apa yang yang menjadi penyebab risiko, dimana risiko tersebut muncul, dan apakah risiko tersebut saling berkaitan. Namun, penelitian mengenai keterkaitan risiko-risiko pada rantai pasok masih sedikit (Pfohl dkk, 2011). Menurut Kayis dan Karningsih (2012), risiko di dalam rantai pasok yang berhasil di identifikasi tidak hanya diidentifikasi sebagai peristiwa yang terisolasi karena ada sebuah hubungan keterkaitan satu risiko dengan risiko lainnya. Dengan memahami hubungan keterkaitan risiko-risiko di dalam rantai pasok akan memudahkan dalam memahami dampak yang dihasilkan dari risiko.  
Sedangkan, menurut Chopra dan Sodhi (2004) mengelola risiko dalam rantai pasok bukanlah suatu hal yang mudah karena ada banyak sumber-sumber risiko dan masing-masing risiko tersebut sering memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Dengan mengetahui sumber-sumber risiko dan keterkaitannya akan membantu dalam mengupayakan keseimbangan dalam strategi untuk mengurangi risiko secara efektif. Selain itu, Chopra dan Sodhi (2004) menegaskan bahwa mengidentifikasi hubungan sebab-akibat pada masing-masing risiko menjadi penting karena terdapat pengaruh tersembunyi dari salah satu risiko yang sehubungan dengan risiko lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar. Penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang identifikasi risiko pada jaringan rantai pasok diantaranya adalah Neiger dkk (2009) yang mengusulkan metodologi untuk mengidentifikasi risiko berdasarkan pada value-focused process engineering (VFPE). Metodologi VFPE menciptakan hubungan antara proses bisnis, dan tujuan bisnis pada tingkat strategik dan operasional. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada evaluasi empiris.
Penelitian terdahulu yang telah membahas dan mempertimbangkan hubungan keterkaitan risiko-risiko pada rantai pasok diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pfohl dkk (2011) yang mengusulkan metodologi Interpretive structural modelling (ISM) yang terbukti dapat menstrukturkan risiko pada rantai pasok dan sebagai alat yang mampu mengidentifikasi keterkaitan risiko rantai pasok pada tingkat berbeda (3PL, first-tier supplier, focal company). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah permasalahan yang sangat kompleks untuk mempelajari keterkaitan risiko pada rantai pasok sehingga metode ISM ini memerlukan pengujian validasi dengan metode statistik, namun dalam penelitian ini belum melakukan pengujian validasi terhadap model yang akan dikembangkan sehingga untuk penelitian selanjutnya akan direncanakan pengujian validasi menggunakan SEM.
Tahapan selanjutnya setelah proses mengidentifikasi risiko adalah tahapan penilaian risiko. Di dalam tahapan ini, penilaian risiko berdasarkan literatur meliputi evaluasi dari peluang terjadinya risiko dan memperkirakan dampak yang dihasilkan dari kejadian risiko (Manuj dan Mentzer, 2008; Ritchie dan Briendley, 2007). Pada tahapan ini, penilaian risiko dapat dilakukan dengan menghitung besarnya nilai RPN. Nilai RPN merupakan perkalian dari 3 faktor yaitu probabilitas tingkat kemunculan risiko, tingkat dampak dari kejadian risiko, dan deteksi risiko baru. Perhitungan RPN akan berguna untuk merancang strategi mitigasi terhadap risiko. Penelitian terdahulu yang membahas tentang penilaian risiko pernah dilakukan oleh Gaudenzi dan Borghesi (2006) dengan mengusulkan metodologi analytical hierarchy process (AHP) untuk menilai dan mengevaluasi risiko pada rantai pasok. Metode AHP akan membantu manager dalam memprioritaskan tujuan rantai pasok, identifikasi indikator risiko, menilai potensial dampak, dan hubungan sebab akibat sepanjang rantai. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pengembangan model tetap harus dipertimbangkan jika memiliki kemampuan yang efektif dalam mengelola hubungan sebab-akibat antara indikator. Namun, dalam penelitian ini indikator yang berhasil diidentifikasi terlalu banyak yang mengakibatkan evaluasi tidak akurat dan tidak efektif.
Selanjutnya tahapan evaluasi risiko, tahapan ini akan mengevaluasi risiko mana yang akan diberikan prioritas terlebih dahulu untuk diberikan tindakan mitigasi risiko. Risiko-risiko ini akan diprioritaskan berdasarkan perhitungan RPN yang diperoleh pada tahapan penilaian risiko sebelumnya. Dari nilai tersebut, risiko-risiko rantai pasok akan diurutkan dan risiko-risiko yang memiliki nilai RPN terbesar akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk dilakukan tindakan pencegahan.
Kemudian, tahap terakhir adalah tahapan mitigasi risiko. Pada tahapan ini, perusahaan mengambil tindakan yang dianggap tepat untuk mengurangi dampak dari risiko dalam jaringan rantai pasok. Penelitian terdahulu yang membahas mengenai strategi mitigasi risiko pernah diusulkan oleh Pujawan dan Geraldin (2009). Framework yang diusulkan dikenal dengan istilah House of Risk (HoR). Tujuan dari pengembangan framework ini untuk mengidentifikasi risiko dan merancang strategi mitigasi untuk mengurangi probabilitas kemunculan dari penyebab risiko (agen risiko) dengan memberikan tindakan pencegahan pada penyebab risiko. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih belum dipertimbangkannya hubungan saling keterkaitan antar kejadian risiko.
Untuk mengisi celah penelitian selanjutnya, penulis melakukan kajian dari berbagai sumber literatur, sejauh ini belum ada penelitian terdahulu yang membahas mengenai manajemen risiko rantai pasok dengan mempertimbangkan keterkaitan risiko-risiko rantai pasok dan keterkaitan pada masing-masing penyebab risiko. Dengan memahami hubungan keterkaitan pada masing-masing risiko dan hubungan keterkaitan pada masing-masing penyebab risiko akan memudahkan dalam merancang dan mengembangkan strategi mitigasi untuk mengurangi dampak dari kejadian risiko sekaligus mengurangi probabilitas penyebab risiko. Selain itu, dalam penelitian ini penulis akan merancang strategi mitigasi khususnya pada penyebab risiko. Penyebab risiko merupakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya risiko. Timbulnya risiko akan menghasilkan dampak yang merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu, untuk mengurangi besarnya dampak merugikan yang dihasilkan dari suatu kejadian risiko maka probabilitas penyebab risiko harus di mitigasi untuk mengurangi probabilitas penyebab risiko.
Hubungan keterkaitan pada masing-masing risiko dan pada masing-masing penyebab risiko akan digambarkan pada sebuah model diagram sebab akibat. Diagram sebab-akibat akan digunakan dalam penelitian ini sebagai alat bantu untuk memvisualisasikan dalam mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan.
Setelah menggambarkan semua penyebab risiko dan risiko pada sebuah model diagram sebab-akibat, selanjutnya hubungan keterkaitan ini akan digambarkan pada sebuah jaringan yang mampu menggambarkan hubungan keterkaitan ini secara jelas. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Analytic Network Process (ANP). Metode Analytic Network Process (ANP) dikenal sebagai sebuah jaringan yang mampu menangkap hubungan saling keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya secara umpan balik (Saaty dan Hall, 1999).  Nantinya, akan diperoleh bobot untuk masing-masing risiko dan masing-masing penyebab risiko. Besarnya bobot tersebut merepresentasikan besarnya hubungan keterkaitan baik hubungan keterkaitan antar risiko-risiko dan hubungan keterkaitan antar masing-masing penyebab risiko. Selain itu, bobot yang diperoleh akan digunakan untuk menghitung nilai aggregate potential risk (ARP). Dari perhitungan ARP yang didapatkan akan digunakan sebagai input untuk melakukan  tahapan evaluasi risiko.
Pada tahapan evaluasi akan dilakukan evaluasi terhadap penyebab risiko karena fokus dalam penelitian ini adalah penanganan terhadap penyebab risiko. Penyebab risiko menjadi fokus utama dalam penelitian ini karena penyebab risiko akan medorong timbulnya beberapa risiko terjadi. Untuk mengurangi dampak risiko, maka penyebab risiko inilah yang nantinya akan di mitigasi. Di tahapan ini, penulis akan melakukan analisa terhadap penyebab risiko mana yang akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk dilakukan strategi mitigasi. Penyebab risiko akan diprioritaskan berdasarkan nilai aggregate potential risk (ARP). Penyebab risiko yang memiliki nilai ARP terbesar akan diperioritaskan terlebih dahulu untuk dilakukan proses selanjutnya, yaitu strategi mitigasi.
Proses perancangan mitigasi merupakan proses penanganan terhadap risiko dan memberikan perlakuan yang tepat dalam mengurangi probabilitas risiko dan dampak yang dihasilkan dari risiko. Dalam penelitian ini, proses perancangan strategi mitigasi akan difokuskan pada penyebab risiko karena penyebab risiko inilah yang akan mendorong timbulnya beberapa risiko dalam jaringan rantai pasok. Dengan melakukan strategi mitigasi pada penyebab risiko akan membantu untuk mengurangi risiko-risiko tersebut terjadi dan dampak dari risiko. Perancangan strategi mitigasi pada penelitian ini difokuskan pada penyebab risiko dan pendekatan yang tepat untuk merancang strategi mitigasi pada penyebab risiko dengan menggunakan pendekatan House of Risk. Pendekatan ini akan membantu dalam memilih penyebab risiko mana yang harus diberikan prioritas terlebih dahulu untuk diberikan tindakan pencegahan dan memilih tindakan yang tepat untuk mengurangi probabilitas kemunculan penyebab risiko.
Penelitian ini akan diterapkan pada perusahaan yang memiliki karakterisasi make to stock karena biasanya perusahaan-perusahaan yang berada di dalam karakterisasi ini dipenuhi oleh ketidakpastian. Salah satu perusahaan yang memiliki karakterisasi tersebut adalah PT. Philips Indonesia yang bergerak dalam bidang industri lampu. Di situasi persaingan seperti saat ini, perusahaan menghadapi ketidakpastian yang semakin besar dalam menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Ketidakpastian pasokan, ketidakpastian permintaan, dan ketidakpastian harga akan mengakibatkan timbulnya risiko yang akan berdampak pada terganggunya aliran rantai pasok bahkan kelangsungan bisnis perusahaan. Dengan munculnya risiko tersebut, maka perusahaan perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meminimalkan dampak dari kejadian risiko melalui pendekatan manajemen risiko rantai pasok sehingga aktivitas bisnis perusahaan dapat berjalan lancar untuk dapat menyediakan produk yang berkualitas, dan mengirimkan produk tersebut ke pelanggan dengan tepat waktu.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas, bahwa mengelola rantai pasok tidak menutup kemungkinan terjadi risiko yang akan berdampak pada kelancaran aliran rantai pasok. Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan risiko ini harus ditangani dengan baik. Risiko-risiko serta penyebab risiko akan di identifikasi di setiap proses bisnis dalam rantai pasok yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Setelah risiko-risiko dan penyebabnya telah selesai di identifikasi maka dilakukan proses mengidentifikasi hubungan keterkaitan antar risiko dan hubungan keterkaitan antar penyebab risiko. Proses identifikasi hubungan keterkaitan ini menjadi penting karena akan membantu merancang strategi mitigasi agar langkah-langkah yang diambil nantinya akan akurat untuk mengurangi dampak dari kejadian risiko. Dalam penelitian ini, strategi mitigasinya difokuskan pada penyebabnya karena penyebab risiko inilah yang mendorong timbulnya risiko.
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan model yang tepat untuk manajemen risiko rantai pasok dengan mempertimbangkan hubungan keterkaitan antar penyebab risiko dan hubungan keterkaitan antar  risiko pada rantai pasok.



1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pelaksanaan dalam penelitian ini adalah :
  1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang berpotensi timbul dalam rantai pasok yaitu plan, source, make, deliver, return.
  2. Mengidentifikasi penyebab-penyebab yang berkontribusi terhadap timbulnya risiko. 
  3. Mengidentifikasi dan menganalisa keterkaitan antar risiko-risiko dan antar penyebab risiko dalam rantai pasok sekaligus mengukur besarnya bobot keterkaitan antar risiko-risiko dan antar penyebab risiko dalam rantai pasok.
  4. Menghasilkan rincian tindakan yang efektif dalam merancang strategi mitigasi risiko untuk mengurangi probabilitas penyebab risiko dan dampak dari kejadian risiko.

1.4 Batasan  dan Asumsi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini maka terdapat beberapa hal yang menjadi batasan dan asumsi dalam penelitian ini, diantaranya :
  1. Pengambilan data di perusahaan PT. Philips Indonesia hanya mengambil objek amatan pada satu produk yaitu produk lampu.
  2. Pengambilan data penyebab risiko dan risiko yang diambil sesuai dengan risiko dan penyebab risiko yang terjadi di dalam perusahaan.
  3. Respondennya adalah kepala departemen manajemen risiko, departemen purchasing, departemen produksi, serta departemen distribusi dan transportasi.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat – manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
  1. Dapat mengetahui risiko-risiko dan penyebabnya yang berpotensi timbul pada rantai pasok sehingga dapat dilakukan strategi yang proaktif untuk menanganinya.
  2. Dapat mengetahui hubungan keterkaitan antar penyebab risiko dan hubungan keterkaitan antar risiko sehingga nantinya akan menjadikan masukan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi dampak kejadian risiko dan probabilitas penyebab risiko.
  3. Dapat menemukan solusi permasalahan untuk menangani risiko dalam rantai pasok perusahaan khususnya pada perusahaan PT. Philips Indonesia dengan memberikan rancangan strategi mitigasi berupa tindakan-tindakan yang tepat untuk mengurangi probailitas penyebab risiko dan dampak dari suatu kejadian risiko.
  4. Memberikan masukan kepada perusahaan mengenai risiko yang dapat terjadi pada area rantai pasok.
  5. Memberikan masukan kepada perusahaan mengenai dampak yang dihasilkan oleh suatu kejadian risiko sehingga perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi dampak dari kejadian risiko.
  6. Memberikan masukan kepada perusahaan akan pentingnya manajemen risiko rantai pasok.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan dan asumsi, manfaat penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian.
Bab II :  Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijabarkan beberapa kajian kepustakaan tentang penelitian-penelitian terdahulu dan teori-teori yang berhubungan dengan permodelan yang akan dilakukan.
Bab III :  Metodologi Penelitian      
Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian dan metode-metode yang digunakan. Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis dan sesuai dengan tujuan.
Bab IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini berisi tentang rekapitulasi data yang didapatkan dalam penelitian serta pengolahan data untuk analisis selanjutnya.
Bab V :  Analisis dan Interpretasi Hasil
Bab ini terdiri dari hasil analisis dan interpretasi dari serangkaian pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
Bab VI : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian berdasarkan pada pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan serta memberikan gambaran kemungkinan penelitian–penelitian lanjutan dari topik yang dibahas dalam penelitian.






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar